COGNITIVE PSYCHOLOGY
1.
LATAR BELAKANG
Perkembangan
intelektual pada dasarnya berhubungan dengan konsep-konsep yang dimiliki dan tindakan kognitif seseorang, oleh
karenanya perkembangan kognitif seringkali
menjadi sinonim dengan perkembangan intelektual. Kognitif
merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta didik yang
berkaitan langsung dengan pembelajaran dan sangat menentukan keberhasilan
mereka disekolah. Kemampuan dalam pemahaman kognitif ini sangatlah penting
karena kognitif merupakan dasar untuk melangkah ke psikomotorik dan afektif
maka dari itu saya mengambil pokok bahasan ini karena saya sangat tertarik
dengan pengetahuan yang mendasari keterampilan dan sikap.
Perlu kita ketahui bahwa pengetahuan mempunyai peranan yang sangat
vital dalam pembelajaran. Pengembangan kognitif masa sekarang ini sangat kurang
karena terdapat kekeliruan dalam pengajarannya. Dalam proses pembelajaran seringkali anak dihadapkan kepada
persoalan-persoalan yang menuntut adanya
pemecahan. Kegiatan itu mungkin dilakukan anak secara fisik, seperti mengamati penampilan obyek yang berupa wujud atau
karakteristik dari obyek tersebut. Tetapi lebih
lanjut anak dituntut untuk menanggapinya secara mental melalui kemampuan berfikir, khususnya mengenai konsep, kaidah atau
prinsip atas obyek masalah dan pemecahannya.
Ini berarti aktivitas dalam belajar tidak hanya menyangkut masalah fisik semata, tetapi yang lebih penting adalah
keterlibatannya secara mental yaitu aspek kognitif
yang berhubungan dengan fungsi intelektual. Saya
berharap dengan adanya pengembangan kognitif ini semakin banyak guru mengetahui
cara penyampaian yang sesuai dengan tujuannya. Maka dari itu kognitif merupakan
dasar dalam pengembangan teori dan prakteknya, perlu diketahui dasar penguasaan
kognitif merupakan fundasi untuk melangkah ke psikomotor dan afektif.
Dengan demikian perkembangan kognitif perlu ditekankan dalam
menjembatani ke psikomotor dan afektifnya.
2.
TUJUAN PENULISAN
Dalam tujuan penulisan ini saya
membagi tiga bagian yaitu
1)
Kognitif
(Pengetahuan)
Untuk menjelaskan ilmu dasar dalam
penguasaan teori dalam pembelajaran dan pemahaman teori khususnya dalam
pembahasan Perkembangan kognitif ini.
(C2)
2)
Psikomotorik
( Keterampilan)
tujuanya agar dapat mengerjakan dan
mempraktekkan teori pembahasan perkembangan kognitif supaya sesuai dengan yang
diharapkan. (P3)
3)
Afektif
( Sikap)
Tujuannya agar menyesuaikan ilmu
kognitif ini dalam pengembangan sikap diri dan perilaku karena dalam kognitif
menjelaskan pengetahuan merupakan dasar untuk dipraktekan dan ditanamakan dalam
diri sendiri ( termasuk sikap). (A4)
3.
TEORI
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXMy0LvhXlN-y6p6DXieKId6JI8JzmrQfl7ZRqanQD4Mh02EUBJTvhNM-aRqfRbCZxwE1sTSyUeW2TS531h6o5Fr9sY0CPm5LlPZthL33LK37C03KaiFR6QrZCksz4_6fkz4UL3ELO3qsF/s1600/Taksonomi-Bloom.png
Pengertian
kognitif secara etimologi
Kognitif atau kognisi berasal dari
bahasa latin ‘cognoscere‘ yang artinya mengetahui. Istilah lain ‘cognitive’
berasal dari kata cognition atau knowing berarti mengetahui. Dalam arti luas , cognition
(kognisi) ialah perolehan,penataan, dan penggunaan pengetahuan ( Neisser,
1976). Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognisi menjadi populer sebagai
salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Ranah kejiwaaan yang
berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi
(perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa ( Chaplin, 1972 ).
Pengertian
kognitif secara terminologi
http://www.mcgill.ca/cogsci/sites/mcgill.ca.cogsci/files/images/CognitiveScience.gif
Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan
anak untuk berpikir. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad Susanto (2011: 48)
bahwa kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk
menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.
Jadi proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi)
yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada
ide-ide belajar.
Menurut para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan
kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai
mendaya gunakan kapasitas motor dan sensorinya. Hanya , cara dan intensitas
pendayagunaan kapasitas ranah kognitif tersebut tentu masih belum jelas benar.
Argumen yang dikemukakan para ahli mengenai hal ini antara lain ialah bahwa
kapasitas sensori dan jasmani seorang bayi yang baru lahir tidak mungkin dapat
diaktifkan tanpa aktivitas pengendalian sel-sel otak bayi tersebut.(Muhibbin
Syah, 2010)
Beberapa ahli psikologi dan ahli pendidikan
berpendapat, bahwa konsepsi-konsepsi tentang belajar yang telah dikenal, tidak
satu pun yang mempersoalkan proses-proses kognitif yang terjadi selama belajar.
Proses –proses semacam itu menyangkut “ insight “ , atau berpikir dan “
reasoning “ , atau menggunakan logika deduktif dan induktif. Walaupun
konsepsi-konsepsi lain tentang belajar dapat di terapkan pada hubungan-hubungan
stimulus dan respons yang arbiter dan tak logis, para ahli psikologi dan
pendidikan ini berpendapat , bahwa lebih banyak dibutuhkan untuk menjelaskan
belajar tentang hubungan-hubungan yang logis, rasional, atau non arbiter.(Ratna
wilis Dahar, 1996)
Pengalaman yang mampu mengembangkan
potensi secara wajar. Jean piaget telah banyak membuat kajian dan eksperimen
dalam bidang Psikologi pembelajaran kanak-kanak. Beliau berpendapat bahwa
pemikiran kanak-kanak berbeda pada masing-masing tingkatan. Ia membagi Perkembangan
pemikiran kanak-kanak menjadi empat tingkatan; tingkatan Sensorimotor, tingkat
praopersai, tingkatan operasi konkret, dan tingkatan Operasi formal. Setiap
tahap mempunyai tugas kognitif yang harus diselesaikan. Tingkatan sensori motor
(0-2 tahun), pemikiran anak berdasarkan tindakan Indrawinya. Tingkatan
praoperasional (2-7 tahun), pemikiran anak ditandai Dengan penggunaan bahasa
serta tanda untuk menggambarkan konsep. Tingkatan operasi konkret (7-ll tahun)
ditandai dengan penggunaan aturan Logis yang jelas. Tahap operasi formal
dicirikan dengan pemikiran abstrak, Hipotesis, deduktif, serta induktif. Secara
skematis, keempat tinkatan itu dapat
Digambarkan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Skema Empat Tingkatan Perkembangan Kognitif
Piaget.
Tahap
|
Umur
|
Ciri
pokok Perkembangan
|
Sensorimotor
|
0-2 tahun
|
Ø Berdasarkan tindakan
Ø Langkah demi langkah
|
Praeperasi
|
2-7 tahun
|
Ø Penggunaan simbul/bahasa
Ø Konsep intuitif
|
Operasi Konkret
|
8-ll tahun
|
Ø Pakai aturan jelas/logis
Ø Reversibel dan kekekalan
|
Operasi Formal
|
1 1 tahun ke
atas
|
Ø Hipotesis
Ø Abstrak
Ø Deduktif dan induktif
Ø logis dan probabilitas
|
1)
Tahap
Sensorimotor
http://ilmupsikologi.files.wordpress.com/2010/03/perkembangan-anak.jpg
Tahap
ini berlangsung dari kelahiran sampai usia 2 tahun, merupakan tahap pertama
Piaget. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan
mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensiris (seperti melihat dan
mendengar) dengan tindakan-tindakan motorik fisik, oleh karena itulah istilahnya
sensorimotor. Pada permulaan tahap ini, bayi yang baru lahir sedikit lebih
banyak dari pada pola-pola refleks. Pada akhir tahap, anak berusia 2 tahun memiiki
pola-pola sensorimotor yang kompleks dan mulai beroperasi dengan simbol-simbol
primitif.
2)
Tahap Praoperasi
http://www.kusehat.com/Portals/0/child.jpg
Peringkat ini befmula dari umur 2 tahun
hingga 7 tahun,merupakan tahap kedua Piaget. Pada tahap ini, anak-anak mulai
melukiskan dunia dengan kata - kata dan gambar. Pada peringkat ini, anak-anak
lebih sosiaI dan menggunakan bahasa serta tanda untuk menggambarkan sesuatu
konsep. Secara jelas, penggunaan bahasa pada masa ini menggambarkan cara
berfikir simbolik. Disamping dicirikan berfikir simbolik pada masa ini, juga
dicirikan dengan pemikiran intuitif. Pemikiran simbolik, yaitu pemikiran dengan
menggunakan simbol atau tanda, berkembang sewaktu anak mulai suka menirukan
sesuatu. Keaktifan anak menirukan orang tuanya akan memperlancar pemikiran
simbolisnya. Demikian juga kemampuan sesorang anak menirukan berbagai hal yang
dialami dalam hidupnya akan membantu pembentukan pengetahuan simbolisnya.
Dengan adanya penggunaan simbol, anak dapat mengungkapkan dan sesuatu hal yang
terjadi, dapat membicarakan macam-macam benda dalam waktu bersamaan. Pemikiran
intuitif adalah persepsi langsung akan dunia luar tetapi tanpa dinalar terlebih
dahulu. Intuitif merupakan pemikiran imajinal atau sensasi langsung tanpa
dipikir lebih dahulu. Memang pemikiran intuitif ini memiliki kelamahan yaitu
anak hanya dapat lihat satu arah saja, anak belum dapat melihat pluralitas
gagasan, tetapi hanya satu arah saja. Apabila beberapa gagasan digabungkan,
pemikiran anak menjadi kacau. Dengan kata lain pada masa ini anak belum mampu
berfikir decentred, melihat berbagai segi dalam satu kesatuan.
3)
Tahap Operasi
Konkret
http://okenesia.com/image/2014-04/anak-ocd-atasi-dengan-terapi-perilaku-kognitif-berbasis-orang-tua.jpg
Peringkat ini bermula dari umur 7 tahun
hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga Piaget. Pada tahap ini , anak-anak
dapat melakukan operasi, dan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif
sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh yang spesifik atau
konkret. Operasi itu bersifat reversibel, artinya dapat mengerti dalam dua
arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikembalikan kepada awalnya lagi.Yang
juga sangat maju dalam tahap ini adalah kemampuan anak mengurutkan dan mengklasifikasi
objek. Dengan operasi itu anak telah mengembangkan pemikiran logis yang dapat
diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi. Pada tahap
ini anak juga sudah mampu menganalisis dari berbagai segi. Meskipun pada tahap
ini anak sudah mengembangkan pemikiran logis tetapi masih terbatas pada suatu
yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotetis.
4) Peringkat
Operasi Formal
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPrv4fN2RjXhJqn38B6si-ikiaTQm0__9Gr_sx25IXFIVAU6nu5ooMP04fLV5WuRp9UkabGsZxDGbM4S4ds_mhLcfZMIVNkpfkhiSspU3mZVQ2_rgM6UioLgITvLhD0UpX1iwkvx6WrChA/s400/adhd.jpeg
Peringkat ini bermula daripada umur 11
tahun, merupakan tahap keempat Piaget. Pada tahap ini anak-anak melampaui dunia
nyata, pengalaman - pengalaman konkret dan berfikir secara abstrak dan lebih
logis. Mereka memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan reasoning dan
logika. Ada pembebasan pemikiran dari pengalaman langung menuju ke pemikiran
yang berdasarkan proposisi dan hipotesis. Asimilasi dan akomodasi terus
berperan dalam membentuk skema yang lebih menyeluruh pada pemikiran remaja.
Pada saat ini, pemikiran remaja dengan pemikiran orang dewasa sama secara kualitas,
namun berbeda secara kuantitas. Pengalaman dan skema orang dewasa lebih banyak
dibandingkan dengan seorang remaja. Pada pemikiran formal, unsur pokok
pemikiran adalah pemikiran deduktif, induktif, dan abstrkatif. Pemikiran
deduktif, mengambil kesimpulan khusus dari pengalaman yang umum. Pemikiran
induktif, mengambil kesimpulan umum dari pengalaman-pengalaman yang khusus, dan
pemikiran abstraktif tidak langsung dari objek. Pada tahap perkembangan ini,
remaja sudah dapat memahami konsep proposisi dengan baik, menggunakan kombinasi
dalam pemikiran, dapat menggabungkan dua referensi pemikiran, sudah mengerti
probabilitas dengan unsur yang menyertainya serta permutasinya.
4.
ANALISIS TEORI
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzVbEy3TQa3qU4lespEPTNFPGYC8ivUew9nBPWAD1J6Ui36TaiDLj29qIo7UImQr-sAgOP2wtFOKU2ylA3ktYY9yz6-3V6O5wJFsDkXGehbhHGQcEbWOoJ1Ka6QfaZF9JPQAu9f_NYi7g/s1600/Brain.jpg
Perlu diketahui peran
guru sangat penting untuk menerapkan teori ini karena kalau guru tidak dapat
menyampaikan teori dengan benar maka outputnya akan bermasalah dan dapat
menimbulkan salah pengertian. Oleh karena itu Piaget menekankan bahwa belajar
terletak pada keaktifan peserta didik. Untuk membiasakan diri mengajar dengan
pendekatan yang mengaktifkan siswa, seseorang guru perlu memiliki dua
keterampilan dasar yakin : menemukan sumber belajar dan memilih kegiatan
belajar. Paduan kedua keterampilan tersebut akan membuat guru terampil
menciptakan dan memilih kegiatan belajar yang mengaktifkan dan kontektual.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan oleh peserta didik
dalam proses belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang
sedang dipelajari. Dalam pengembangan kegiatan belajar di kelas, sumber belajar
yang terpenting adalah sumber belajar yang berhubungan dengan kompetensi apa.
Kegiatan belajar
merupakan rumusan yang menjelaskan apa yang dilakukan oleh siswa dalam belajar.
Dalam hal ini Piaget menekankan kegiatan aktif dalam belajar. Oleh karena itu
guru berperan sebagai fasilitator pengetahuan, mampu memberikan semangat belajar,
membina dan mengarahkan peserta didik. Belajar tidak menekankan
"benar" atau "salah", melainkan bagaimana memfasilitasi
peserta didik agar dapat mengambil pelajaran dari kesalahan yang diperbuat,
belajar tidak menekankan pada "hasil" tetapi menekankan pada "proses"",
yaitu proses mengkonstuksi pengetahuan. Pembelajaran (Fisika) lebih bermakna
dengan memberi peluang kepada peserta didik untuk mencari sendiri dari pada
harus mendengarkan lebih banyak dari hasil ceramah dari guru. Guru harus mampu
menghadirkan materi pelajaran yang membawa peserta didik kepada suatu kesadaran
untuk mencari pengetahuan baru. Dalam pembelajaran aktif guru harus memiliki
keyakinan bahwa peserta didik akan mampu belajar sendiri.
Untuk mempermudah guru dalam melakukan
pembelajaran aktif Piaget membuat tabel yang menyatakan umur, tahapan dan ciri
perkembangan seperti tabel di atas. Untuk itu ketika guru mengajarkan sesuatu
materi harus melihat kemampuan peserta didik yang sudah dipetakan lewat tabel
jadi dengan kata lain guru dapat mengetahui kemampuan peserta didik lewat umur
dan tahapan , apakah peserta didik mampu melakukan yang sesuai dengan yang
dipetakan atau malah tidak sesuai itu semua guru harus memiliki sikap dan
perilaku yang bijak dalam menyikapinya.
Contoh belajar kognitif
Perlu dipikirkan bentuk belajar yang
terjadi pada Ari, siswa SMA yang menurunkan prinsip “ momen gaya “ pada setiap
tiap sisi titik tumpu harus sama, jika pengungkit itu harus seimbang. Ia
melihat bahwa momen itu ialah hasil kali gaya ( berat adiknya ) dan jarak
adiknya dari titik tumpu. Ia mengerti mengapa adiknya harus lebih jauh dari
titik tumpu dibandingkan dengan dirinya sendiri, agar pengungkit itu seimbang.
Ia memahami hukum tentang hubungan antara gaya-gaya dan jarak-jarak yang
diseimbangkan. .(Ratna wilis Dahar, 1996)
DAFTAR PUSTAKA
Ichsan,
2007.Prinsip Pembelajaran Tuntas mata pelajaran PAI, JurnalPendidikan Agama
Islam, Vol.IV,No. 1, 2007, Yogyakarta: Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN
Sunan Kalijaga.
Syah,muhibbin.2010. Psikologi Pendidikan. PT Remaja
Rosadakarya Offset: Bandung
Paul
Suparno. 2001.Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yoyakarta:
Kanisius
Wilis Dahar, Ratna.1996.Teori belajar. :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar