Tujuan
- Dapat mempraktekkan teori belajar dalam bentuk pembelajaran
- Dapat membuktikan teori belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didik
- Dapat menganalisis kebenaran teori dengan cara membuktikannya
(animasi ini menggambarkan seorang siswa sedang belajar sesuai dengan pokok bahasan saya yang akan di jelaskan di bawah ini )
sumber : www.google.com
BELAJAR
A)
DEFINISI
BELAJAR
Menurut Skinner , Sperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya educational
psychology: The Teaching-Learning Procces , berpendapat bahwa belajar
adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progresif. Pendapat ini di ungkapkan dalam pernyataan ringkasan bahwa
belajar adalah a process of progressive behavior adaptation. Berdasarkan
eksperimennya. B.F. Skinner percaya bahwa proses adpatasi tersebut akan
mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberikan penguat (reinforcer).
Pendapat dari yang lain yaitu datang dari, Pavlov dan Guthrie,
adalah seorang pakar teori belajar berdasarkan proses conditioning yang
pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa stimulus (rangsangan) dengan respons.
Namun , patut dicatat bahwa definisi yang bersifat behavioristik ini dibuat
berdasarkan hasil eksperimen dengan menggunakan hewan, sehingga tidak sedikit
pakar yang menentangnya.
Pendapat dari Wittig dalam bukunya, Psychology of learning mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang
relatif menentap yang terjadi dalam segala macam / keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil
pengalaman. Perlu kiranya di catat, bahwa definisi Wittig tidak menekankan
perubahan yang disebut behavioral change tetapi behavioral repertoire change
yakni perubahan yang menyangkut seluruh aspek psiko-fisik organisme.
Adapun pengertian belajar secara kualitatif adalah proses memeroleh
arti-arti dan pemahamana – pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia
disekeliling siswa. Timbulah keanekaragaman pendapat para ahli tersebut adalah
fenomena perselisihan yang wajar karena adanya perbedaan titik pandang. Selain
itu , perbedaan antara yang satu situasi belajar dengan situasi belajar lainnya
yang diamati oleh para ahli juga dapat menimbulkan perbedaaan pandangan. Namun
demikian , dalam beberapa hal tertentu yang mendasar , mereka sepakat seperti
dalam penggunaan istilah “berubah” dan “tingkah laku”.
B)
ARTI PENTING BELAJAR
Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam
setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah
mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan
upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan. Karena demikian pentingnya
arti belajar , maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi
pendidikan pun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan
mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.
Upaya untuk mencapai hasil belajar yang ideal seperti diatas,
kemampuan para pendidik teristimewa guru dalam membimbing belajar
murid-muridnya amat dituntut. Jika guru dalam keadaan siap dan memiliki
profesiensi(berkemampuan tinggi) dalam menunaikan kewajibanya, harapan
terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas sudah tentu akan dicapai.
C)
BELAJAR,MEMORI DAN PENGETAHUAN DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI DAN AGAMA
Untuk mencapai hasil yang ideal seperti diatas, kemampuan para
pendidik teristimewa guru dalam membimbing belajar murid-muridnya amat
dituntut. Jika guru dalam keadaan siap dan memiliki profesiensi(berkemampuan
tinggi) dalam menuaikan kewajibannya harapan terciptanya sumber daya manusia
yang berkualitas sudah tentu akan tercapai.
1.
PERSPEKTIF PSIKOLOGI
Pada umumnya para ahli psikologi pendidikan khususnya mereka yang
tergolong cognivist (ahli sains kognitif) sepakat bahwa hubungan antara
belajar, memori dan pengetahuan itu sangat erat dan tidak mungkin dipisahkan.
Memori yang biasanya kita artikan sebagai ingatan itu sesungguhnya adalah
fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulus, dan ia merupakan storage
system, yakni sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat di
dalam otak manusia.
Menurut Bruno (1987), memori adalah proses mental yang meliputi
pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan.
Dari contoh berikut anda dapat mengetahuinya
Apabila siswa anda menerima pelajaran tentang muhammad yang diutus Allah
sebagai nabi akhir zaman, mula-mula informasi tentang nabi terakhir ini akan
masuk ke dalam short term memory atau working memori (memori jangka pendek)
melalui indera mata atau telinga siswa tersebut. Kemudian informasi mengenai
Rasul Allah itu diberi kode misalnya dalam bentuk simbol-simbol huruf
M-U-H-A-M-M-A-D. Setelah selesai proses pengkodean (encoding), informasi
itu masuk dan tersimpan di dalam long term memory atau permanent memory yakni
memori jangka panjang atau permanen.
Suatu saat kelak, apabila siswa anda tadi memerlukan informasi mengenai
nabi akhir zaman itu, misalnya untuk menjawab pertanyaan anda, maka memorinya
akan kembali bekerja atau berproses mencari respons dari kumpulan item-iten
informasi dan pengetahuan yang terdapat dalam salah satu skema yang relevan.
Skema (skema kognitif) adalah semacam file yang
berisi informasi dan pengetahuan sejenis seperti linguistic schema untuk
memahami kalimat. Proses pencarian respons yang dilakukan siswa anda untuk
memeroleh jawaban mengenai nabi akhir zaman tadi, jika sukses, maka ia akan
berkata , “Muhammad”. Inilah peristiwa kognitif yang disebut recall atau retrival
, yakni hal memperoleh kembali informasi/pengetahuan yang terstruktur dalam
sistem schemata /(skema-skema) yang terdapat dalam ranah cipta siswa anda.
Struktur sistem akal manusia terdiri atas tiga subsistem, yakni :
sensory register, short term memory , dan long term memory, istirlah
memori dalam hal ini lazim juga disebut “ storage” atau tempat
penyimpangan informasi.
2.
PERSPEKTIF AGAMA
Bagaimanakah pandangan agama khususnya islam terhadap belajar,
memori dan pengetahuan? Agaknya tiada
satu pun agama, termasuk islam, yang menjelaskan secara rinci dan operasional
mengenai proses belajar, proses kerja sistem memori (akal) , dan proses
dikuasainya pengetahuan dan keterampilan oleh manusia. Namun islam, dalam hal
penekanannya terhadap signifikansi fungsi
kognitif (akal) dan fungsi sensori (indera-indera)sebagai alat-alat penting
untuk belajar , sangat jelas. Kata-kata kunci seperti yaqilun, yatafakkarun,
yubshirun, yasmaun, dan sebagainya yang terdapat dalam alquran. Merupakan
bukti betapa pentingnya penggunaan fungsi ranah
cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengetahuan.
Islam, menurut Dr. Yusuf Al-Qardhawi (1984) , adalah akidah yang
berdasarkan ilmu pengetahuan, bukan berdasarkan penyerahan diri secara membabi
buta. Hal itu tersirat dalam firman Allah, “ maka ketahuilah, bahwa tidak ada
tuhan kecuali allah” (surah muhammad)
Selanjutnya berikut penyusun kutipan firman-firman Allah dan hadis
nabi SAW. Baik yang secara eksplisit maupun Implisit mewajibkan orang untuk
belajar agar memeroleh ilmu pengetahuan.
1.
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا
وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي
الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو
الألْبَابِ
(Apakah
kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di
waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab)
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.) (Al-Zumar:9)
2.
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ
وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al-Israa:36)
Ragam alat Belajar
Islam memandang umat manusia sebagai makhluk yang
dilahirkan dalam keadaan kosong, tidak berilmu pengetahuan. Akan tetapi, tuhan
memberi potensi yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia
itu sendiri.
Potensi-potensi tersebut terdapat dalam organ-organ
fisio psikis manusia yang berfungsi sebagai alat-alat penting untuk melakukan
kegiatan belajar. Adapun ragam alat fisio-psikis itu , seperti yang terungkap
dalam beberapa firman Tuhan, adalah sebagai berikut :
1.
Indera penglihat (mata) menerima informasi secara visual
2.
Indera pendengar ( telinga) untuk menerima informasi verbal
3.
Akal , yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang
kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan, dan memproduksi kembali item-item
informasi dan pengetahuan ( ranah kognitif)
Dalam surah al-nahl : 78 allah berfirman
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ
شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Kata “af-idah” dalam ayat ini menurut seorang pakar
tafsir al-quran Dr. Quraisy Shihab (1992) berarti “daya nalar” , yaitu potensi
/ kemampuan berfikir logis atau dengan kata lain, “ akal “ . dalam tafsir ibnu
katsir juz II halaman 580 , “ Af-idah “ tersebut berarti akal yang menurut
sebagian orang tempatnya di dalam jantung (qalb) . namun , kitab tafsir ini
tidak menafikan kemungkinan af-idah itu ada dalam otak (dimagh)
Dengan demikian pentingnya arti daya nalar akal dalam
perspektif ajaran islam, terbukti dengan dikisahkannya penyesalan para penghuni
neraka karena keengganan dalam menggunakan akal
mereka untuk memikirkan peringatan tuhan. Dalam surah Al-Mulk Ayat 10
Dikisahkan bahwa :
وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي
أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan
atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni
neraka yang menyala-nyala".
D)
TEORI –TEORI POKOK MENGENAI BELAJAR
1.
Koneksionisme
Teori ini dikembangkan dan ditemukan oleh Edward
L.Thorndike (1874-1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun
1890-an. Eksperimen thorndike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk
mengetahui fenomena belajar.
Berdasarkan eksperimennya bahwa belajar adalah hubungan
antara stimulus dan respons.
2.
Pembiasaan klasik
Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Ivan Pavlov
(1849-1936) berdasarkan eksperimennya . pada dasarnya teori ini adalah sebuah
prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum
terjadinya refleks tersebut ( terrace, 1973).
3.
Pembiasaan perilaku respons
Teori pembiasaan perilaku respons ini merupakan teori
belajar yang berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh dikalangan para
ahli psikologi belajar masa kini. Penciptanya bernama Burrhus Frederic Skinner
(1904) seorang penganut bahviorisme. Tema pokok yang mewarnai karya-karyanya
adalah bahwa tingkah laku itu terbentuk oleh konsekuensi –konsekuensi yang
ditimbulkan oleh tinggkah laku itu sendiri ( Bruno, 1987).
4.
Teori belajar kognitif
Teori ini merupakan teori yang menyatakan bagian
terpenting dari sains kognitif yang telah memberi kontribusi yang sangat
berarti dalam perkembangan psiokologi pendidikan. Sains kognitif merupakan himpunan disiplin
yang terdiri atas : psikologi kognitif, ilmu-ilmu komputer, linguistik,
intelegensi buatan, matematika, epistemologi, dan neuropsyhology ( psikologi
syaraf).
E)
PROSES DAN FASE BELAJAR
1.
DEFINISI PROSES BELAJAR
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “ processus”
yang berarat “ berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan
langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut
Chaplin (1972) , Proses adalah Any Chage in any object or organism,
particularly a brhavioral or pshchological chage (proses adalah suatu perubahan
yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan).
2.
FASE-FASE DALAM PROSES BELAJAR
Menurut
Jerome S. Bruner , salah seorang penentang teori S.R Bond (Barlow, 1985), dalam
proses belajar , siswa menempuh tiga episode atau fase , yakni :
a.
Fase informasi ( tahap penerimaan materi )
b.
Fase Transformasi ( Tahap Pengubahan Materi )
c.
Fase Evaluasi ( Tahap Penilaian Materi )
Menurut Wittig ( 1981) dalam bukunya pshyhology
of learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tahapan-tahapan
yang mencakup
a.
Acquisition ( tahap perolehan / penerimaan informasi )
b.
Storage ( tahap penyimpanan informasi )
c.
Retrieval ( tahap mendapatkan kembali informasi )
Saya membuatkan contoh dari teori belajar dan aspek-aspeknya dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menggunakan teori Belajar Behavioristik. Semoga bermanfaat untuk konsep pembelajarannya.
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MATA PELAJARAN : FISIKA
KELAS : VII / 13 TAHUN
MATERI POKOK : LISTRIK STATIS
TAHAP : OPERSIONAL FORMAL
TEORI
BELAJAR BEHAVIORISTIK
TUJUAN
KOGNITIF
Siswa mampu menemukan
bahan-bahan yang menimbulkan adanya listrik statis
Siswa mampu menyediakan pilihan bahan-bahan yang
mengandung listrik statis
Siswa mampu
menghasilkan bahan-bahan listrik statis
AFEKTIF
Siswa mampu
mengusulkan bahan-bahan yang menimbulkan adanya listrik statis
PSIKOMOTOR
Siswa mampu mempraktekannya
dan menunjukan hal yang mengenai listrik statis
Siswa mampu
memperlihatkan perbedaan bahan listrik statis yang satu dengan yang lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar