Sabtu, 19 April 2014

TEORI BELAJAR DAN ASPEK-ASPEKNYA



Tujuan

  • Dapat mempraktekkan teori belajar dalam bentuk pembelajaran
  • Dapat membuktikan teori belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didik
  • Dapat menganalisis kebenaran teori dengan cara membuktikannya



(animasi ini menggambarkan seorang siswa sedang belajar sesuai dengan pokok bahasan saya yang akan di jelaskan di bawah ini )
sumber : www.google.com




BELAJAR
A)    DEFINISI BELAJAR
Menurut Skinner , Sperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya educational psychology: The Teaching-Learning Procces , berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini di ungkapkan dalam pernyataan ringkasan bahwa belajar adalah a process of progressive behavior adaptation. Berdasarkan eksperimennya. B.F. Skinner percaya bahwa proses adpatasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberikan penguat (reinforcer).
Pendapat dari yang lain yaitu datang dari, Pavlov dan Guthrie, adalah seorang pakar teori belajar berdasarkan proses conditioning yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa stimulus (rangsangan) dengan respons. Namun , patut dicatat bahwa definisi yang bersifat behavioristik ini dibuat berdasarkan hasil eksperimen dengan menggunakan hewan, sehingga tidak sedikit pakar yang menentangnya.
Pendapat dari Wittig dalam bukunya, Psychology of learning  mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif menentap yang terjadi dalam segala macam / keseluruhan  tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Perlu kiranya di catat, bahwa definisi Wittig tidak menekankan perubahan yang disebut behavioral change tetapi behavioral repertoire change yakni perubahan yang menyangkut seluruh aspek psiko-fisik organisme.
Adapun pengertian belajar secara kualitatif adalah proses memeroleh arti-arti dan pemahamana – pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Timbulah keanekaragaman pendapat para ahli tersebut adalah fenomena perselisihan yang wajar karena adanya perbedaan titik pandang. Selain itu , perbedaan antara yang satu situasi belajar dengan situasi belajar lainnya yang diamati oleh para ahli juga dapat menimbulkan perbedaaan pandangan. Namun demikian , dalam beberapa hal tertentu yang mendasar , mereka sepakat seperti dalam penggunaan istilah “berubah” dan “tingkah laku”.

B)     ARTI PENTING BELAJAR
Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan. Karena demikian pentingnya arti belajar , maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi pendidikan pun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.
Upaya untuk mencapai hasil belajar yang ideal seperti diatas, kemampuan para pendidik teristimewa guru dalam membimbing belajar murid-muridnya amat dituntut. Jika guru dalam keadaan siap dan memiliki profesiensi(berkemampuan tinggi) dalam menunaikan kewajibanya, harapan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas sudah tentu akan dicapai.

C)     BELAJAR,MEMORI DAN PENGETAHUAN DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI DAN AGAMA
Untuk mencapai hasil yang ideal seperti diatas, kemampuan para pendidik teristimewa guru dalam membimbing belajar murid-muridnya amat dituntut. Jika guru dalam keadaan siap dan memiliki profesiensi(berkemampuan tinggi) dalam menuaikan kewajibannya harapan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas sudah tentu akan tercapai.
1.      PERSPEKTIF PSIKOLOGI
    Pada umumnya para ahli psikologi pendidikan khususnya mereka yang tergolong cognivist (ahli sains kognitif) sepakat bahwa hubungan antara belajar, memori dan pengetahuan itu sangat erat dan tidak mungkin dipisahkan. Memori yang biasanya kita artikan sebagai ingatan itu sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulus, dan ia merupakan storage system, yakni sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam otak manusia.
    Menurut Bruno (1987), memori adalah proses mental yang meliputi pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan. Dari contoh berikut anda dapat mengetahuinya
     Apabila siswa anda menerima pelajaran tentang muhammad yang diutus Allah sebagai nabi akhir zaman, mula-mula informasi tentang nabi terakhir ini akan masuk ke dalam short term memory atau working memori (memori jangka pendek) melalui indera mata atau telinga siswa tersebut. Kemudian informasi mengenai Rasul Allah itu diberi kode misalnya dalam bentuk simbol-simbol huruf M-U-H-A-M-M-A-D. Setelah selesai proses pengkodean (encoding), informasi itu masuk dan tersimpan di dalam long term memory atau permanent memory yakni memori jangka panjang atau permanen.
    Suatu saat kelak, apabila siswa anda tadi memerlukan informasi mengenai nabi akhir zaman itu, misalnya untuk menjawab pertanyaan anda, maka memorinya akan kembali bekerja atau berproses mencari respons dari kumpulan item-iten informasi dan pengetahuan yang terdapat dalam salah satu skema yang relevan. Skema (skema kognitif) adalah semacam file yang berisi informasi dan pengetahuan sejenis seperti linguistic schema untuk memahami kalimat. Proses pencarian respons yang dilakukan siswa anda untuk memeroleh jawaban mengenai nabi akhir zaman tadi, jika sukses, maka ia akan berkata , “Muhammad”. Inilah peristiwa kognitif yang disebut recall atau retrival , yakni hal memperoleh kembali informasi/pengetahuan yang terstruktur dalam sistem schemata /(skema-skema) yang terdapat dalam ranah cipta siswa anda.
Struktur sistem akal manusia terdiri atas tiga subsistem, yakni : sensory register, short term memory , dan long term memory, istirlah memori dalam hal ini lazim juga disebut “ storage” atau tempat penyimpangan informasi.

2.      PERSPEKTIF AGAMA
Bagaimanakah pandangan agama khususnya islam terhadap belajar, memori dan pengetahuan?  Agaknya tiada satu pun agama, termasuk islam, yang menjelaskan secara rinci dan operasional mengenai proses belajar, proses kerja sistem memori (akal) , dan proses dikuasainya pengetahuan dan keterampilan oleh manusia. Namun islam, dalam hal penekanannya  terhadap signifikansi fungsi kognitif (akal) dan fungsi sensori (indera-indera)sebagai alat-alat penting untuk belajar , sangat jelas. Kata-kata kunci seperti yaqilun, yatafakkarun, yubshirun, yasmaun, dan sebagainya yang terdapat dalam alquran. Merupakan bukti betapa pentingnya penggunaan fungsi ranah  cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengetahuan.
Islam, menurut Dr. Yusuf Al-Qardhawi (1984) , adalah akidah yang berdasarkan ilmu pengetahuan, bukan berdasarkan penyerahan diri secara membabi buta. Hal itu tersirat dalam firman Allah, “ maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan kecuali allah” (surah muhammad)
Selanjutnya berikut penyusun kutipan firman-firman Allah dan hadis nabi SAW. Baik yang secara eksplisit maupun Implisit mewajibkan orang untuk belajar agar memeroleh ilmu pengetahuan.
1.     أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.)    (Al-Zumar:9)
2.     وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al-Israa:36)

Ragam alat Belajar
Islam memandang umat manusia sebagai makhluk yang dilahirkan dalam keadaan kosong, tidak berilmu pengetahuan. Akan tetapi, tuhan memberi potensi yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia itu sendiri.
Potensi-potensi tersebut terdapat dalam organ-organ fisio psikis manusia yang berfungsi sebagai alat-alat penting untuk melakukan kegiatan belajar. Adapun ragam alat fisio-psikis itu , seperti yang terungkap dalam beberapa firman Tuhan, adalah sebagai berikut :
1.    Indera penglihat (mata) menerima informasi secara visual
2.    Indera pendengar ( telinga) untuk menerima informasi verbal
3.    Akal , yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan, dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan ( ranah kognitif)
Dalam surah al-nahl : 78 allah berfirman
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Kata “af-idah” dalam ayat ini menurut seorang pakar tafsir al-quran Dr. Quraisy Shihab (1992) berarti “daya nalar” , yaitu potensi / kemampuan berfikir logis atau dengan kata lain, “ akal “ . dalam tafsir ibnu katsir juz II halaman 580 , “ Af-idah “ tersebut berarti akal yang menurut sebagian orang tempatnya di dalam jantung (qalb) . namun , kitab tafsir ini tidak menafikan kemungkinan af-idah itu ada dalam otak (dimagh)
Dengan demikian pentingnya arti daya nalar akal dalam perspektif ajaran islam, terbukti dengan dikisahkannya penyesalan para penghuni neraka karena keengganan dalam menggunakan akal  mereka untuk memikirkan peringatan tuhan. Dalam surah Al-Mulk Ayat 10 Dikisahkan bahwa :
وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala".



D)    TEORI –TEORI POKOK MENGENAI BELAJAR

1.      Koneksionisme
Teori ini dikembangkan dan ditemukan oleh Edward L.Thorndike (1874-1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen thorndike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.
Berdasarkan eksperimennya bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons.
2.      Pembiasaan klasik
Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Ivan Pavlov (1849-1936) berdasarkan eksperimennya . pada dasarnya teori ini adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut ( terrace, 1973).
3.      Pembiasaan perilaku respons
Teori pembiasaan perilaku respons ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh dikalangan para ahli psikologi belajar masa kini. Penciptanya bernama Burrhus Frederic Skinner (1904) seorang penganut bahviorisme. Tema pokok yang mewarnai karya-karyanya adalah bahwa tingkah laku itu terbentuk oleh konsekuensi –konsekuensi yang ditimbulkan oleh tinggkah laku itu sendiri ( Bruno, 1987).
4.      Teori belajar kognitif
Teori ini merupakan teori yang menyatakan bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psiokologi pendidikan.  Sains kognitif merupakan himpunan disiplin yang terdiri atas : psikologi kognitif, ilmu-ilmu komputer, linguistik, intelegensi buatan, matematika, epistemologi, dan neuropsyhology ( psikologi syaraf).

E)     PROSES DAN FASE BELAJAR
1.      DEFINISI PROSES BELAJAR
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “ processus” yang berarat “ berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin (1972) , Proses adalah Any Chage in any object or organism, particularly a brhavioral or pshchological chage (proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan).
2.      FASE-FASE DALAM PROSES BELAJAR
Menurut Jerome S. Bruner , salah seorang penentang teori S.R Bond (Barlow, 1985), dalam proses belajar , siswa menempuh tiga episode atau fase , yakni :
a.       Fase informasi ( tahap penerimaan materi )
b.      Fase Transformasi ( Tahap Pengubahan Materi )
c.       Fase Evaluasi ( Tahap Penilaian Materi )
     Menurut Wittig ( 1981) dalam bukunya pshyhology of learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tahapan-tahapan yang mencakup
a.       Acquisition ( tahap perolehan / penerimaan informasi )
b.      Storage ( tahap penyimpanan informasi )
c.       Retrieval ( tahap mendapatkan kembali informasi )



Saya membuatkan contoh dari teori belajar dan aspek-aspeknya dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menggunakan teori Belajar Behavioristik. Semoga bermanfaat untuk konsep pembelajarannya.



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN                          : FISIKA
KELAS                                                : VII / 13 TAHUN
MATERI POKOK                               : LISTRIK STATIS
TAHAP                                                : OPERSIONAL FORMAL

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

TUJUAN

KOGNITIF
Siswa mampu menemukan bahan-bahan yang menimbulkan adanya listrik statis
Siswa  mampu menyediakan pilihan bahan-bahan yang mengandung listrik statis
Siswa mampu menghasilkan bahan-bahan listrik statis

AFEKTIF
Siswa mampu mengusulkan bahan-bahan yang menimbulkan adanya listrik statis

PSIKOMOTOR
Siswa mampu mempraktekannya dan menunjukan hal yang mengenai listrik statis
Siswa mampu memperlihatkan perbedaan bahan listrik statis yang satu dengan yang lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Disqus Shortname

Comments system